Tuesday, August 12, 2014

TERNAK RUMINANSIA PEDAGING

TERNAK RUMINANSIA PEDAGING 1.TERNAK RUMINANSIA PEDAGING Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Salah satu usaha guna pemenuan komoditi susu yang terus dikembangkan oleh peternak adalah pemeliharaan sapi perah. Sapi perah merupakan salah satu panghasil protein hewani yang sangat penting. Usaha ternak sapi perah di Indonesia baru dimulai pada abad ke-17 bersamaan dengan masuknya belanda ke Indonesia, pada waktu itu orang belanda merasa berkepentingan mandatangkan sapi perah, agar dapat memperoleh produksi susu untukmemenuhi kebutuhan mereka. Pada waktu itu bangsa sapi tipe perah yang didatangkan adalah Friesian Holstein (FH) dari negeri Belanda, maka tidak mengherankan populasi bangsa sapi perah di Indonsia sebagian besar adalah Friesian Holstein. Setiap suatu usaha pasti berkeinginan untuk mendapatkan keuntungan, keuntungan dapat diperoleh bila besanya pemasukan (input) dari usaha tersebut harus lebih besar daripada pengeluarannya. Usaha akan berjalan dengan baik bila persiapan dilakukan secara matang. Faktor yang akan menjadi penghambat perlu diketahui dan dicari informasi pemecahannya, sekaligus faktor pendukung yang ada dimanfaatkan secara maksimal. Selain itu, informasi prospek pemasaran susu sapi termasuk hal penting untuk diketahui. Adapun perusahaan peternakan yang terletak di kota Surakarta adalah perusahaan sapi perah CV Murni. Tujuan diadakannya praktikum Ilmu Ekonomi Perusahaan Peternakan adalah untuk mengetahui kondisi ekonomi di perusahaan tersebut. Rendahnya produksi air susu di daerah tropik disebabkan karena faktor klimat, penyakit, pemuliaan, pakan dan pengelolaan, ketinggian tempat, stress, transportasi dan teknik penyimpanan susu. Hal-hal di atas memotivasi para peternak melakukan upaya untuk meminimalis hambatan-hambatan tersebut, rangkuman dari upaya tersebut adalah memanage usaha pruduksi susu sapi perah sehingga dapat menghasilkan produk yang bermutu tinggi baik dari segi kualitas maupun kuantitas, higienis serta dapat bersaing dengan produk impor, dari hal-hal diatas, maka pelaksanaan praktikum Manajemen Ternak Perah sangat diperlukan bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengetahuan tentang mengelola usaha produksi ternak perah. Usaha peternakan sapi perah di Indonesia didominasi oleh peternak skala kecil dan menengah. Usaha ternak sapi perah Indonesia memiliki komposisi peternak skala kecil mencapai 80 persen, peternak skala menengah 17 persen dan peternak skala besara mencapai 3 persen. Dengan rata-rata pemilikan sapi sebanyak 3-5 ekor per peternak, tingkat efisiensi usahanya masih rendah. Jika skala kepemilikan ternak tersebut ditingkatkan menjadi 7 ekor per peternak maka diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat efisiensi usaha sekitar 30 persen (Swastika et al., 2000). Manajemen Sapi Dara Sapi dara merupakan sapi betina umur 1-2 tahun atau lebih dan belum beranak. Pememliharaan dan pemberian pakan pada sapi perah dara sebelum beranak sangat memepengaruhi pertumbuhan. Pertumbuhan sapi-sapi dara sebelum beranak yang pertama tergantung sekali pada cara pemeliharaan dan pemberian makanannya. Kerap kali para peternak mengabaikan pemeliharaan anak-anak sapi setelah anak sapi tersebut tidak menerima susu lagi, sehingga dengan demikian pertumbuhan sapi-sapi dara akan terhambat. Sapi-sapi betina muda akan tumbuh terus dengan baik sampai umur 5 tahun, bila pemeliharaan dan makanan yang diberikan pada masa, pertumbuhan ini tidak baik maka pada waktu sapi-sapi betina beranak untuk pertama kalinya besar badannya tak dapat mencapai ukuran yang normal dan hewan itu akan tetap kecil, disamping itu umur beranakyang pertamanya akan terlambat sampai umur 3 tahun atau lebih keadaan ini banyak terdapat di Indonesia. Juga dalam hal produksi susunya tak akan sesuai seperti yang diharapkan. Karena itu perhatian haruslah banyak ditujukan pula pada pertumbuhan sapi-sapi dara dengan selalu memperhatikan makanannya baik kualitas maupun kuantitasnya, agar supaya tetap mempertahankan kecepatan tumbuhnya. Selain hijauan anak-anak sapi diberikan pula makanan penguat (Soetarno, 2003). Ketersedian air perlu diperhitungkan terlebih dahulu sebelum suatu usaha pemeliharaan sapi dimulai karena air merupakan suatu kebutuhan mutlak. Ketersediaan air diperlukan untuk mencukupi kebutuhan air minum, pembersihan kandang atau halaman serta untuk memandikan sapi. Kebutuhan air minum dapat berasal dari air minum khusus yang sengaja disediakan pada bak-bak air, baik di padang penggembalaan maupun di kandang ataupun di halaman pengelolaan. Oleh karena itu cara penyediaan maupun cara pembeian memerlukan peralatan yang bagus (Santosa, 2001). Setelah umur sapi dara 12 bulan, akan tumbuh baik apabila hijauan yang diberikan berkualitas baik, jadi perlu diusahakan sebelum umur 12 bulan sapi harus memiliki nafsu makan yang kuat, rumen bagus dan sehat. Apabila pakan yang diberikan baik, sapi dara menunjukkan birahi pertama sekitar 9-10 bulan. Adakalanya apabila pakan kurang baik sapi tidak menunjukkan birahi sampai umur 20 bulan atau lebih. Setelah umur 12 bulan meskipun menunjukkan tanda birahi sapi belum cukup umur untuk dikawinkan. Perkawinan akan dilakukan setelah sapi umur 15 bulan dengan berat mencapai. Apabila sapi dara sudah umur 15 bulan dan berat badan 350 kg dan menunjukkan tanda-tanda minta kawin yaitu : vulva 3A, gelisah, sering menguak, menaiki sapi lain, diam waktu dinaiki sapi lain, itulah saat yang tepat untuk dikawinkan (Soetarno, 2003). Sejak mulai umur 3 bulan calf starter yang mengandung protein kasar 16-18% secara sedikit demi sedikit diganti dengan makanan penguat yang mengandung 12 atau 13 protein kasar, tetapi bila hijauan yang diberikan berkualitas sedang, maka makanan tersebut sama dengan calf starter (75% MN) jumlah konsentrat yang diberikan tergantung kualitas dan kuantitas hijauan yang diberikan kepada sapi dara tersebut. Sapi-sapi dara dapat dikawinkan untuk pertama kali setelah sapi sebut berumur 15-18 bulan dan besar badannya telah cukup besarnya dengan berat badan ± 300 kg. Hal ini penting supaya sapi-sapi dara dapat beranak pada umur 2 tahun Pada kira-kira 2 bulan sebelum beranak, maka pemberian makanan penguat harus ditambah disesuaikan dengan kebutuhan sapi bunting (Priyo, 2008). Manajemen Sapi Dewasa Soetarno (2000), menyatakan apabila sapi beranak pertama umur dua sampai tiga tahun dengan jarak beranak 12 bulan, lama laktasi 10 bulan, dewasa produksi atau produksi tertinggi dicapai pada laktasi keempat atau berumur empat sampai lima tahun setelah produksi tinggi dicapai, biasanya produksinya menurun secara berangsur setelah 12 tahun keatas sapi dikeluarkan karena gangguan kesehatan dan reproduksi, kadang sapi dapat menghasilkan susu sampai umur 15 tahun atau lebih. Sudono et al. (2004), menyatakan bahwa mengemukakan sapi perah yang sedang menyusui memerlukan makanan tambahan sekitar 25% hijauan dan kosentrat di dalam ransum. Hijauan dapat berupa rumput alam, rumpurt Unggul dan leguminosa. Pemandiaan sapi perah sangat perlu dilakukan agar susu yang dihasilkan bersih dari kotoran maupun rambut yang rontok dan agar sapi tetap sehat karena respirasi kulitbaik sehingga metabolisme akan baik juga. Betina yg diperah sebaiknya disikat setiap hari untuk menghilangkan rambut-rambut yang rontok, rambut panjang di sekitar ambing kaki belakang serta bagian belakang dari daerah lipat paha dicukur agar mudah dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel sehingga takmengotori susu dan air cukup dimandikan agar lebih bersih dan segar (Arif, 2009). Selesai diperah, ambing dilap menggunakan kain yang telah dibasahi oleh desinfektan. Kemudian dilap kembali dengan kain yang kering. Setelah itu ,puting juga dicelupkan ke dalam cairan desinfektan selama 4 detik. Semua peralatan yang digunakan untuk memerah juga harus dibersihkan, kemudian dikeringkan. Susu hasil pemerahan juga harus segera ditimbang, dicatat, kemudian disaring agar kotoran saat pemerahan tidak ikut masuk ke dalam susu. Pemberian pakan sapi dara dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu system penggembalaan (pasture fattening), kereman (dry lot fattening), kombinasi cara pertama dan kedua. Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan dapat berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfafa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyk 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2 % dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum). Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur (Suranto, 2003). Kotoran ditimbun ditempat lain agar mengalami proses fermentasi (1-2 minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara di dalamnya berjalan lancer. Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masuh di dalam atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak di injak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanent berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari permukaan lantai (Anonim, 2005). Sapi perah dewasa dilakukan exercise (gerak jalan), pemeliharaan kuku, kebersihan badan, dan perlu diperhatikan perkembangan reproduksi seperti masa birahi, masa perkawinan, dan beranak. Pembuatan catatan meliputi catatan reproduksi dan kesehatan. Sapi perah yang umumnya dimanfaatkan sebagai indukan adalah sapi FH (Fries Holland) dengan cirri-ciri warna bulu putih dengan bercak hitam, berat badan betina dewasa 625 kg, pembawaan betina tenang dan jinak, daya merumput (Grazing ability) hanya baik pada pasture yang baik saja, dewasa kelamin sapi FH agak lambat, umur pertama kali dikawinkan 15-18 bulan, produksi susu relative lebih tinggi dibanding sapi perah lainnya (Anonim, 2005) Sapi sebelum diperah kandang tempat dimana sapi itu hendak diperah harus dibersihkan atau dicuci dulu dan dihilangkan dari bau-bauan, baik yang berasal dari kotoran sapi maupun dari makanan atau hijauan yang berbau (silage), karena air susu itu mudah sekali menyerap baubauan yang dapat mempengaruhi kualitas air susu. Sebaiknya sapi yang hendak diperah diberikan makanan penguat lebih dulu, supaya sapi tersebut dalam keadaan tenang. Jangan diberikan rumput atau hijauan lainnya sebelum atau selama diperah untuk menjamin air susu yang dihasilkan tetap bersih dan mempunyai kualitas yang baik. Sebelum sapi diperah hendaknya bagian badan sapi daerah lipat papa dan bagian belakang dicuci atau dibersihkan untuk mencegah kotoran-kotoran yang menempel pada bagian-bagian tersebut jatuh ke dalam susu pada waktu sapi itu diperah. Sebelum hangat untuk mengurangi timbulnya kontaminasi bakteri pada susu, disamping itu untuk merangsang keluarnya atau memancarnya susu sehinggai memudahkan pemerahan. Cara pemerahan susu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pemerahan dengan mengunakan alat mesin perah dan pemerahan secara manual. Bila terdapat air susu yang abnormal yang dihasilkan dari seekor sapi, maka sapi ini harus diperah yang terakhir dan air susunya dipisahkan dari air. sapi-sapi perah yang baik masa keringnya ialah peternakan di Lembang dan Rawa Seneng ± 2 bulan, sedangkan di peternakan-peternakan lainnya terlalu lama. Hal ini disebabkan adanya gangguan reproduksi artinya sulit untuk dijadikan bunting kembali. Dalam hal lain masih banyak terdapat perusahaan peternakan sapi perah yang masa keringnya kurang dari 6 minggu dengan alasan sapinya masih berproduksi banyak ± 5 liter dan merasa sayang atau rugi kalau dikeringkan. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya lama hidup berproduksi (longervity) yang pendek dari sapi-sapi yang masa keringnya pendek. Sapi yang mempumyai longervity yang panjang akan menghasilkan susu yang lebih banyak per unit pakan yang dimakan, dengan demikian alasan lebih efisien dalam biaya (Priyo, 2008). . Manajemen Kesehatan Peradangan dapat terjadi pada satu kelenjar atau lebih dan mudah dikenali apabila pada kelenjar susu menampakkan gejala peradangan yang jelas. Kelenjar ambing membengkak, edematus berisi cairan eksudat yang disertai tanda-tanda peradangan yang lainnay seperti suhu meningkat, kemerahan, rasa sakit, dan penurunan fungsi.Akan tetapi seringkali suit diketahui kapan terjadi suatu peradangan, sehingga diagnosis terhadap mastitis sering dilakukan dengan melakukan pengujian pada produksi susu, misalnya dengan penghitungan jumlah sel somatik (JSS) dalam susu (Paryati, 2002). kalau pingin rapi tinggal download aja di sini

No comments:

Post a Comment